Blogger Backgrounds


"Setiap anak memiliki keterampilan yang unik, kemampuan dan impian. Setiap anak, cepat atau lambat mereka semua akan belajar, namun dengan kecepatannya masing-masing.
EVERY CHILD IS SPECIAL."

Minggu, 04 Maret 2012

Ekonomi Indonesia pada 2012 Lebih Baik dari 2011


Meski ekonomi dunia masih diselimuti gejolak Eropa yang masih belum jelas pemulihannya, namun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menilai ekonomi Indonesia di tahun 2012 akan lebih baik pertumbuhannya dibandingkan tahun 2011 sekarang.

“Saya optimistis di 2012 kondisi kita akan bertumbuh baik terus, meski ada dampak dari resesi yang terjadi di Eropa. Tapi, nervous juga tidak benar. Indonesia akan tumbuh terus di 2012 dan akan lebih baik dibandingkan 2011,” ungkapnya dalam seminar Komite Ekonomi Nasional (KEN) dengan tema Prospek Ekonomi Indonesia 2012, di Jakarta, Senin (19/12).

Pemerintah pun, sambungnya telah menerapkan kebijakan sebagai langkah antisipasi terkait dampak krisis ekonomi global pada 2012 mendatang. Langkah antisipasi tersebut di antaranya, melakukan ekspansi pasar ekspor, mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja dan meningkatkan daya beli masyarakat. Menurut Hatta, pemerintah telah siap mengantisipasi dan dirasa perekonomian akan lebih meningkat lagi serta lolos dari dampak krisis seperti yang terjadi pada 2008.

Bahkan, tambah Hatta, pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara nasional pada 2012 di angka 6,6- 6,7%. ”Dengan adanya investment grade maka outlook-nya agak sedikit berubah. 6,3-6,7% dan kalaupun ada koreksi kita optimistis bisa 6,5-6,7%,” imbuhnya.

Namun, menurutnya ada hal yang harus diperhatikan dan selalu menjadi perhatian pemerintah yakni harga minyak, karena hal itu bisa mempengaruhi pengeluaran terkait subsidi bahan bakar minyak. Di mana, ada pembengkakan dana subsidi untuk BBM dari Rp 159 triliun menjadi Rp 164,5 triliun.

Prospek 2012: Momentum Pertumbuhan Berlanjut dengan Risiko Perlambatan Ekonomi Global
Salah satu faktor yang akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah perkembangan ekonomi global yang hingga saat ini masih menunjukkan ketidakpastian yang sangat tinggi. Lambatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) tercermin dengan melemahnya pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal kedua 2011 yang hanya mencapai 1,5% dan 1,6% per tahun dibandingkan dengan 3% dan 1,7% per tahun pada 2010 dan masih tingginya tingkat pengangguran yang masih mencapai 9,1% di AS.
Dengan kontribusi di kedua wilayah tersebut yang mencapai 49% dari perekonomian global, sudah sewajarnya masyarakat ekonomi global khawatir terhadap perkembangan kondisi ekonomi di kedua kawasan tersebut. Dengan beban utang pemerintah dan rumah tangga yang sangat tinggi di kedua kawasan tersebut, diperkirakan kondisi ekonomi di kedua kawasan tersebut akan tetap rentan dalam jangka menengah.
Indonesia sebagai negara terbuka tentunya tidak terlepas dari pengaruh perlambatan ekonomi global. Kendati demikian, berbekal beberapa pengalaman menghadapi krisis ekonomi pada 1998, mini krisis pada 2005, dan krisis finansial global pada 2008, Indonesia saat ini mempersiapkan diri relatif lebih baik dalam menghadapi kemungkinan krisis ke depan.
Kekhawatiran akan keluarnya aliran modal asing merupakan sesuatu yang sangat lumrah bagi negara-negara emerging, terutama Indonesia yang menganut sistem devisa bebas. Namun, kekhawatiran tersebut seharusnya dapat diminimalisasi dengan makin membaiknya daya tahan ekonomi Indonesia saat ini.
Bahkan, dari pengamatan kami terlihat bahwa daya tahan perekonomian Indonesia terhadap krisis ekonomi global relatif lebih kuat dibandingkan dengan negara lain. Secara statistik perlambatan ekonomi AS sebesar 1% akan menurunkan ekonomi Indonesia sebesar 0,11%, relatif lebih kecil dibandingkan dengan dampaknya ke Singapura dan Thailand yang sebesar 1,8% dan 1,3%. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia lebih kuat dalam menghadapi krisis dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia juga didukung dengan kemungkinan kembalinya Indonesia ke dalam kelompok negara-negara yang mendapatkan rating investment grade pada 2012. Hal ini akan mendorong masuknya modal asing langsung ke Indonesia, khususnya dalam bentuk riil investasi (penanaman modal asing atau PMA).
Bahkan, sejak beberapa kuartal terakhir aliran PMA sudah melebihi investasi portofolio. Selanjutnya, struktur demografis Indonesia yang didominasi oleh usia muda hingga 2025 memberikan keuntungan bagi Indonesia karena ditunjang dengan produktivitas penduduk yang makin baik.
Dari sisi sektor keuangan juga terlihat bahwa daya tahan perekonomian kita makin membaik dengan kenyataaan bahwa, pertama, kualitas arus modal yang masuk Indonesia makin membaik selama tiga kuartal terakhir. Aliran modal asing langsung (FDI) lebih mendominasi dibandingkan dengan aliran modal portofolio.
Kedua, terjadi penurunan kepemilikan asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) setelah BI hanya menyisakan lelang SBI sembilan bulan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa penempatan dana asing di instrumen tersebut sangat rentan karena umumnya bersifat hot money dan berjangka pendek.
Ketiga, kinerja perdagangan internasional cukup solid sehingga dalam paruh pertama tahun ini (Januari-Juni 2011) telah menghasilkan surplus neraca perdagangan sebesar YSD14.7 miliar atau meningkat sebesar 53% dibandingkan dengan tahun lalu. Akibatnya cadangan devisa Indonesia sampai dengan akhir Agustus telah mencapai US$125 miliar.
Keempat, rasio cadangan devisa terhadap ukuran-ukuran ekonomi menunjukkan pola yang makin baik. Saat ini cadangan devisa Indonesia telah setara dengan tujuh bulan impor dan pembayaran utang jangka pendek. Sedangkan, rasio cadangan devisa terhadap total utang luar negeri jangka pendek meningkat menjadi 2,4 pada 2011 dibandingkan dengan 1,8 pada 2008.
Kelima, pemerintah bersama dengan BI saat ini telah memiliki protokol manajemen krisis, yang memberikan arah dan tindakan yang harus dilakukan seandainya terjadi gejolak di pasar keuangan domestik.
Kendati demikian, walaupun daya tahan sektor keuangan kita saat ini lebih baik, eksposur asing yang cukup besar dalam pasar kita membuat pasar kita menjadi sangat rentan dan bergejolak, khususnya dalam jangka pendek. Sebaliknya, dalam jangka menengah dan panjang, dengan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, fluktuasi ini dapat diredam, khususnya terhadap ancaman pembalikan modal asing.
Dari sisi tantangannya, Indonesia diperkirakan akan menghadapi tantangan klasik, yaitu pembangunan infrastruktur, yang pada akhirnya dapat memengaruhi tingkat competitiveness Indonesia relatif terhadap negara lain. Karena itu, tidak heran jika dalam World Economic Forum Survey tingkat competitiveness Indonesia berada di posisi ke-46, jauh di bawah Malaysia dan bahkan Thailand. Salah satu penyebabnya adalah buruknya kualitas infrastruktur di Indonesia yang secara ranking masih berada di urutan ke-82, dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang berada di urutan ke-30 dan ke-35.
Dari sisi eksternal, kami juga melihati potensi perlambatan ekonomi China, yang akan berdampak cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan perhitungan, setiap 1% penurunan ekonomi China akan berdampak terhadap penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0,3%.
Kendati demikian, terlepas dari tantangan yang akan dihadapi Indonesia, dengan beberapa peluang dan potensi yang dimiliki Indonesia, kami yakin bahwa momentum pertumbuhan perekonomian Indonesia masih dapat berlanjut pada 2012 dengan pertumbuhan sebesar 6,5%-6,7%. Angka tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi Asian Development Bank (ADB) yang sebesar 6,8%, dengan inflasi yang dapat terkendali di tingkat 5,5%-5,8% dan tingkat BI Rate yang relatif stabil di 6,75% dan rupiah di sekitar Rp8.450-Rp8.550 per US$1.

Sumber : http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/ekonomi-indonesia-pada-2012-lebih-baik-dari-2011/15008, dan http://www.infobanknews.com/2011/11/prospek-ekonomi-indonesia-2012-tetap-optimistis-tapi-waspada/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar